ikat ilmu dengan menulis
  Budaya Pop (Pacaran)
 

Entah karena saya orang yang “kurang romantis” atau memang harus seperti itulah adanya, melihat gaya pacaran jaman sekarang (sok tua nie anak wkwkwk) benar-benar menggelikan.

Mulai dari telpon-telponan berjam-jam, makan bersama, sampai yang “aneh-aneh” yang mengikuti peradaban abad 21 mulai dari pegangan tangan, kissing, necking, petting, dan yang paling parah ada yang sampai intercourse meskipun blon nikah secara sah dihadapan KUA dan semacamnya.

Sungguh menggelikan dan kurang masuk akal (menurut gw lho…), masa telpon hanya untuk menanyakan “udah makan belum?”huek…”tadi tidur jam berapa, sayang?”muntah kuning dah gw…”besok kita orang makan dimana,honey??” dan kata-kata ga penting laennya.

Jamaknya dengan alasan untuk “saling mengenal lebih dalam”hihihih…jadi geli dengarnya. Apalagi kalau dibandingkan dengan kenyataan orang yang pacaran 7 tahun tapi pas nikah umur perkawinannya ada yang cuma seumur jagung, lumrahnya sih di kalangan pemain “opera sabun” di Indonesia ( meminjam istilah untuk kata sinetron (opera sabun) yang kata ini lebih sering dipakai di negara-negara Amerika Latin untuk penyebutan sinetron, seperti Maria Marcedes alias Marimar yang begitu populer dulu di kalangan ibu-ibu dan cewek-cewek dan begitu juga sinetron sekarang).

Terlepas dari pacaran, sesungguhnya yang perlu lebih dilihat lebih cermat(dan kalau perlu diabadikan,hhehe,trus di masukkan di internet) adalah perilaku berpacaran itu sendiri, sperti dikalangan pelajar dan mahasiswa.

Tempo hari cangkruan bersama orang-orang tua di warkop belakang kampus. Mereka bercerita intinya mereka juga berpacaran saat muda tapi masih menghargai budaya dan etika. Berbeda dengan sekarang yang…begitu lebih agresif (meminjam istilah untuk sifat bangsa barbar Amerika terhadap kaum muslimin).

Di waktu yang tidak terlampau jauh, saya ngobrol dengan teman kampus dan saling berbagi pengalaman tentang “petualangan cinta” masing-masing. Dengan bangga saya bercerita bahwa saya juga pernah berpacaran sekali seumur hidup saat semester 3 di ITS dulu. Petualangan saya “kalah telak” dengan dia, betapa tidak pegangan tanganpun saya masih ragu-ragu, apalagi mencium alias kissing belum pernah terjadi sampai hubungan berakhir, karena saya punya adik cewek yang bertaut usia cuma 2 tahun dengan saya, yang mana saya tidak mau hukum karma terjadi pada keluarga dan keturunanku nantinya.

Singkat cerita giliran dia yang menceritakan petualangannya yang menurut saya “dahsyat” tapi memang sudah biasa dikalangan teman-teman, berkutat antara kissing lips, necking, petting syukurnya belum yang terakhir, intercource.

Kadang saya mikir, masih ada tidak ya cewek (apalagi cantik) belum tersentuh di jaman sekarang ini, padahal saya juga ingin cewek cantik nantinya saat tiba saatnya, tapi pasti ada.amin.

Pernah pula suatu ketika teman di teknik sipil yang lumayan tampan yang begitu menggebu-gebu suatu saat nanti dia ingin lanjut s2 di luar negeri terus menikah dengan orang luar kalau bisa. Saya jadi teringat bahwa pergaulan bebas di sana konon (blon pernah ke sana) suangat bebas dan saya pun mengingatkan dia bahwa bagaimana dengan walinya kalau nikah (hehehe..mikirny sampe ke situ, tapi harus, karena dalam agama Islam, seorang wanita yang menikah harus punya wali yaitu ayah kandungnya) diapun hampir-hampir mengurungkan niatnya untuk menikah dengan bule, kalau s2 nya tetap, sayajuga dukung dia.

Dari cerita di atas, saya tak bisa membayangkan jika hal itu menjadi semacam seperti yang di barat sana terjadi di kita, bayangkan karena pergaulan bebas, seorang anak bukan hidup dengan ayah kandungnya,waduh…waduh.si anak tentu tidak salah, tapi kalau sudah menjadi hal yang biasa, bisa-bisa ke depan kehidupan sekitar saat saya dan kita-kita yang sekarang telah terkubur tanah layaknya hidupnya ayam yang kalau lagi “pengen” langsung nyosor aja,wkwkwk.

Tapi tak apalah ada “yang di atas” yang mengatur segalanya.Mending saya urus urusan kuliahku dulu supaya selesai serta mengasah skill dan pada saat yang tepat menikah dengan baik-baik. Terserah mereka-mereka itu mau “baku angkat” ke’ mau apa ke’, sepanjang itu tidak menghina agamaku, menghina rosul, menghina sukuku, menghina keluargaku, dan menyentuh barang bulu tanganku. keep fight!

 
  Today, there have been 49 visitors (170 hits) on this page! ©Copyright 2008 by FajreenBenSatar  
 
This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free